ASSALAMU 'ALAIKUM
Selamat Pagi, Siang, Sore, Malam semua dimanapun berada, semoga sehat sentosa bahagia dunia dan akhirat, aamiin.
Intermezzo
Tahukah anda kenapa orang tua rela mengeluarkan banyak uang untuk menyekolahkan kita? Tak tanggung-tanggung, lho! Dari TK, hingga kuliah, bahkan ada yang sampai pascasarjana. Harapannya apa? Satu, memberikan modal kepada kita jika nantinya hidup mandiri. Kedua, menginginkan kita memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dari mereka. Terakhir, orang tua juga ingin membuat kita jadi calon pemimpin, bisa jadi calon pemimpin negeri ini!
Namun nyatanya, generasi yang katanya penerus bangsa ini sedang di ambang kehancuran. Padahal orang tua sudah susah-susah menyekolahkan! Jika anda jeli, sebenarnya banyak tanda-tanda yang mengisyaratkan kehancuran ini. Salah satunya adalah perilaku mereka ketika di luar sekolah dan rumah. Well, inilah empat alasan lengkap kenapa pelajar Indonesia sudah di ambang kehancuran!
1. Tontonan yang Kurang Berkualitas
Kemajuan teknologi memang tak selalu membawa dampak yang baik. Bahkan mungkin lebih banyak dampak buruknya. Salah satu dampak buruk itu adalah mudahnya remaja, atau pelajar ini mendapatkan akses ke tontonan yang tak bermanfaat. Sebut saja video dengan konten tak pantas, lalu video kekerasan, hingga video lain yang mengajarkan hal-hal yang sangat buruk. Tontonan semacam ini secara tidak langsung akan membuat anak jadi menirunya. (Anak menyukai hal-hal baru untuk coba-coba!)
2. Pacaran Sudah Seperti Suami-Istri
Bukan bermaksud untuk menuduh atau berprasangka buruk! Gaya pacaran yang dilakukan anak zaman sekarang tentu berbeda dengan zaman dulu. Jika di masa lalu kita kerap mengirim pesan dengan surat, kali ini kita bisa mengirimnya lewat chat yang lebih real time. Dengan ini kita bisa mengirim apa saja, termasuk foto yang tak pantas. Selain itu, anak zaman sekarang menganggap hubungan badan adalah hal yang biasa. Melakukannya sekali dua kali tidak akan membuat mereka jadi mati, justru senang dan malah ketagihan.
Miris memang, terlebih di mini market, “pengaman” sudah dijual dengan harga yang mudah dijangkau anak-anak. Jadi mereka bebas mau melakukan apa saja asal aman. Anda mungkin melihat gaya pacaran anak zaman sekarang biasa saja saat di rumah dan ada orang tua. Namun di luar rumah, apa ada jaminannya? Pergaulan anak-anak dan pelajar di Indonesia sudah seperti di negara barat. Jadi jangan pernah merasa sedih jika suatu saat Indonesia juga disebut sebagai negara ‘barat”.
3. Gadget Adalah benda Paling Penting dari Sekolah
Bagi pelajar, ponsel, laptop, dan benda elektronik lainnya adalah perangkat wajib. Tanpa benda itu mereka akan malas sekolah. Kalau pun mau pasti enggan mengerjakan segala tugas yang telah diberikan. Orang tua mau tidak mau mengusahakan agar semua anaknya memiliki benda ini, penting atau tidak. Anak zaman sekarang menuntut segalanya sempurna sebelum memberikan prestasi kepada orang tuanya.
Padahal, setelah memiliki benda-benda ini mereka tak juga berprestasi. Malahan digunakan untuk pacaran, untuk mengakses ini itu yang merusak moral. Terakhir, benda-benda ini digunakan untuk main game hingga semalaman. Dampaknya banyak kegiatan sekolah yang terbengkalai, jarang tidur dan selalu malas ke sekolah. Gadget mungkin sesuatu yang sangat penting, namun perlu pengawasan yang ketat. Lengah sedikit, masa depan anak akan perlahan-lahan menuju kehancurannya. Suka atau pun tidak.
4. Pergaulan Terlalu Bebas tapi Menjerumuskan
Banyak orang mengatakan jika terlalu membatasi anak akan membuatnya jadi kurang berkembang. Itulah celah yang dijadikan oleh anak untuk melakukan hal yang disukai. Meski itu adalah hal yang sangat buruk. Mereka cenderung ingin melakukan hal-hal yang dilarang karena penasaran. Sebut saja narkoba yang konon bisa membuat kita merasakan kebahagiaan yang sangat hebat. Lalu rokok, konon jika merokok akan membuat kita mudah bergaul, yang cowok jadi kelihatan macho.
Di rumah mungkin orang tua mengawasi anaknya. Kamar bersih dari hal-hal mengerikan seperti ini. Namun di luar, anak yang masih pelajar ini jadi liar. Mereka akan jadi sering berbohong dan minta uang untuk alasan sekolah. Namun nyatanya uang itu digunakan untuk hal negatif. Lingkungan pergaulannya yang sangat buruk membuatnya terus terjun ke dalam dan akan susah untuk keluar. Mungkin bisa keluar, namun saat itu akan tiba ketika anak telah mengalami kehancuran.
Empat poin di atas hanya garis besar saja tanda kerusakan pelajar di Indonesia. Sebenarnya masih banyak faktor yang menyebabkan pelajar kian terpuruk seperti telur di ujung tanduk. Anyway, kira-kira hal semacam ini bisa diminimalisir tidak ya? Atau malah justru sudah tak terkontrol lagi? Entahlah, yang jelas kita semua pasti berharap pelajar Indonesia mampu mengubah dirinya jadi lebih baik. Tak diperbudak oleh hal-hal mengerikan seperti ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar